Courtessy from Situs resmi Senayan
SENAYAN adalah Open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar. Dengan fitur yang cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan, SENAYAN sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun Internet. Keunggulan SENAYAN lainnya adalah multiplatform, yang artinya bisa berjalan secara natif hampir di semua Sistem Operasi yang bisa menjalankan bahasa pemrograman PHP (http://www.php.net) dan RDBMS MySQL (http://www.mysql.com). SENAYAN sendiri dikembangkan di atas platform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix* BSD dan Windows. Senayan awalnya digagas oleh Perpustakaan Depdiknas dan sekarang terus dikembangkan dengan kontribusi banyak orang melalui internet.
Senayan mudah diinstal, dijalankan dan dioperasikan, Jadi kalau mau otomasi perpustakaan, JANGAN BELI SOFTWARE!!! Pakai saja yang gratisan tapi canggih ....
Selasa, 20 Oktober 2009
Sabtu, 19 September 2009
Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah bagian I : PLUS Model
Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah bagian I : PLUS Model
Information Literacy : PLUS Model
Dengan hadirnya ledakan informasi berskala global, perpustakaan sekolah sangat perlu menyikapinya. Terutama pustakawan dan guru, tugas keduanya perlu mengajarkan kepada kepada para peserta didik untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan bagaimana menelusurnya pada sumber-sumber informasi khususnya di perpustakaan. Untuk itu diperlukan program literasi informasi (information literacy) di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu, peserta didik diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan tersebut juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.
Literasi informasi sendiri secara gamblang merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar. Menurut US NationalCommission on Library and Information Science UNESCO (2003) literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi, dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, serta merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Ada berbagai model literasi informasi, model tersebut dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi itu sendiri kepada para peserta didik. Model-model literasi informasi ini sendiri adalah cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk memiliki kemampuan untuk mencari informasi dengan tepat. Ada beberapa model yang sering digunakan seprti PLUS Model, Big 6, dan Empowering 8. Pada tulisan awal ini akan dibahas ringkas mengenai PLUS Model.
PLUS Model adalah model keahlian informasi yang sesuai untuk sekolah. Model ini dikembangkan oleh James Hering, beliau merupakan orang yang memiliki otoritas dalam keberinformasian di Queen Margaret University College, Edinburgh. PLUS membagi keahlian informasi dalam 4 bagian besar. PLUS itu sendiri adalah akronim, jelasnya ada di bawah ini :
Purpose = dentifiying the purpose of an investigation or assignment. Purpose = tujuan, menetapakan tujuan penyidikan/penelitian atau tugas-tugas sekolah.
Location = finding relevant information sources related to the purpose. Location = lokasi, menemukan sumber informasi yang cocok dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Use = selecting and rejecting information and ideas, reading for information, note-taking and presentation. Use = pemustakaan, memilih dan memilah informasi dan gagasan. Membaca untuk mendapatkan informasi, catatan, dan membuat presentasi.
Self-evaluation = how pupils evaluate their performance in applying information skills to the assignment and what they learn for the future. Self-evaluation = evaluasi diri, bagaimana peserta didik mengevaluasi tampilannya dalam menerapkan keahlian informasi untuk tugas sekolah dan apa yang dipelajari untuk kemudian hari.
Sumber :
http://www.ltscotland.org.uk/5to14/specialfocus/informationskills/plus.asp
Sudarsono, Blasius. 2007. Literasi Informasi (Information Literacy) : Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Information Literacy, Information Society, Librarian, Library, Library and Information Science, Library Studies, Literasi Informasi, PLUS Model
Information Literacy : PLUS Model
Dengan hadirnya ledakan informasi berskala global, perpustakaan sekolah sangat perlu menyikapinya. Terutama pustakawan dan guru, tugas keduanya perlu mengajarkan kepada kepada para peserta didik untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan bagaimana menelusurnya pada sumber-sumber informasi khususnya di perpustakaan. Untuk itu diperlukan program literasi informasi (information literacy) di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu, peserta didik diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan tersebut juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.
Literasi informasi sendiri secara gamblang merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar. Menurut US NationalCommission on Library and Information Science UNESCO (2003) literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi, dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, serta merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Ada berbagai model literasi informasi, model tersebut dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi itu sendiri kepada para peserta didik. Model-model literasi informasi ini sendiri adalah cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk memiliki kemampuan untuk mencari informasi dengan tepat. Ada beberapa model yang sering digunakan seprti PLUS Model, Big 6, dan Empowering 8. Pada tulisan awal ini akan dibahas ringkas mengenai PLUS Model.
PLUS Model adalah model keahlian informasi yang sesuai untuk sekolah. Model ini dikembangkan oleh James Hering, beliau merupakan orang yang memiliki otoritas dalam keberinformasian di Queen Margaret University College, Edinburgh. PLUS membagi keahlian informasi dalam 4 bagian besar. PLUS itu sendiri adalah akronim, jelasnya ada di bawah ini :
Purpose = dentifiying the purpose of an investigation or assignment. Purpose = tujuan, menetapakan tujuan penyidikan/penelitian atau tugas-tugas sekolah.
Location = finding relevant information sources related to the purpose. Location = lokasi, menemukan sumber informasi yang cocok dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Use = selecting and rejecting information and ideas, reading for information, note-taking and presentation. Use = pemustakaan, memilih dan memilah informasi dan gagasan. Membaca untuk mendapatkan informasi, catatan, dan membuat presentasi.
Self-evaluation = how pupils evaluate their performance in applying information skills to the assignment and what they learn for the future. Self-evaluation = evaluasi diri, bagaimana peserta didik mengevaluasi tampilannya dalam menerapkan keahlian informasi untuk tugas sekolah dan apa yang dipelajari untuk kemudian hari.
Sumber :
http://www.ltscotland.org.uk/5to14/specialfocus/informationskills/plus.asp
Sudarsono, Blasius. 2007. Literasi Informasi (Information Literacy) : Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Information Literacy, Information Society, Librarian, Library, Library and Information Science, Library Studies, Literasi Informasi, PLUS Model
Langganan:
Postingan (Atom)