Literasi Informasi di Perpustakaan Sekolah bagian I : PLUS Model
Information Literacy : PLUS Model
Dengan hadirnya ledakan informasi berskala global, perpustakaan sekolah sangat perlu menyikapinya. Terutama pustakawan dan guru, tugas keduanya perlu mengajarkan kepada kepada para peserta didik untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan bagaimana menelusurnya pada sumber-sumber informasi khususnya di perpustakaan. Untuk itu diperlukan program literasi informasi (information literacy) di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu, peserta didik diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan tersebut juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.
Literasi informasi sendiri secara gamblang merupakan tahapan pengetahuan atau proses belajar. Menurut US NationalCommission on Library and Information Science UNESCO (2003) literasi informasi mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi, dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, serta merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat.
Ada berbagai model literasi informasi, model tersebut dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi itu sendiri kepada para peserta didik. Model-model literasi informasi ini sendiri adalah cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk memiliki kemampuan untuk mencari informasi dengan tepat. Ada beberapa model yang sering digunakan seprti PLUS Model, Big 6, dan Empowering 8. Pada tulisan awal ini akan dibahas ringkas mengenai PLUS Model.
PLUS Model adalah model keahlian informasi yang sesuai untuk sekolah. Model ini dikembangkan oleh James Hering, beliau merupakan orang yang memiliki otoritas dalam keberinformasian di Queen Margaret University College, Edinburgh. PLUS membagi keahlian informasi dalam 4 bagian besar. PLUS itu sendiri adalah akronim, jelasnya ada di bawah ini :
Purpose = dentifiying the purpose of an investigation or assignment. Purpose = tujuan, menetapakan tujuan penyidikan/penelitian atau tugas-tugas sekolah.
Location = finding relevant information sources related to the purpose. Location = lokasi, menemukan sumber informasi yang cocok dengan tujuan yang sudah ditetapkan.
Use = selecting and rejecting information and ideas, reading for information, note-taking and presentation. Use = pemustakaan, memilih dan memilah informasi dan gagasan. Membaca untuk mendapatkan informasi, catatan, dan membuat presentasi.
Self-evaluation = how pupils evaluate their performance in applying information skills to the assignment and what they learn for the future. Self-evaluation = evaluasi diri, bagaimana peserta didik mengevaluasi tampilannya dalam menerapkan keahlian informasi untuk tugas sekolah dan apa yang dipelajari untuk kemudian hari.
Sumber :
http://www.ltscotland.org.uk/5to14/specialfocus/informationskills/plus.asp
Sudarsono, Blasius. 2007. Literasi Informasi (Information Literacy) : Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Information Literacy, Information Society, Librarian, Library, Library and Information Science, Library Studies, Literasi Informasi, PLUS Model