SELAMAT DATANG DI BLOG "ATPUSI" (ASOSIASI TENEGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH INDONESIA) KABUPATEN GORONTALO

Senin, 30 Mei 2011

LAPORAN Pelaksanaan Kegiatan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah (ATPUSI) Kabupaten Gorontalo Tahun 2011

1. Pendahuluan 

Perpustakaan menempati posisi yang sangat penting dalam suatu kehidupan sekolah. Dari perpustakaanlah diharapkan akan muncul dukungan bagi kesuksesan teaching dan learning, serta penelitian. Namun kondisi perpustakaan di berbagai sekolah saat ini, masih belum sebagaimana yang diharapkan bahkan masih jauh. Disisi lain kebijakan baru pemerintah tentang Kurikulum berbasis Kompetensi, yang memberikan wewenang dan hak bagi setiap sekolah untuk mengembangkan. kurikulumnya masing-masing akan mendorong munculnya dinamika baru dalam teaching dan learning. kecendurungan baru ini akan menyebabkan siswa dan guru harus akrab dengan perpustakaan. Ke depan perpustakaan dituntut untuk mengembangkan kultur baru. Sehingga terlihat jelas bahwa kebutuhan sarana dan prasarana layanan secara teknis semakin meningkat dimasa mendatang. Dalam kaitan inilah pengembangan paradigma baru perpustakaan yang berbasis Aplikasi Teknologi Informasi, mendesak untuk segera dipersiapkan dan diterapkan dari sekarang, sebagai solusi alternatif., tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah. Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain yang tidak dimiliki oleh perpustakaan di sekolah. Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di atas. Untuk itu diperlukan program pengetahuan tentang literasi di sekolah dengan mengikuti program semacam itu murid diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya. Sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan sekolah sebagaimana disebutkan di atas, tentu harus ada kerja sama dan sinergi, termasuk apresiasi, terhadap perpustakaan di antara para pustakawan sekolah, guru, kepala sekolah serta komite sekolah. 

Dalam menjembatani upaya ini Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) telah menyusun sebuah panduan untuk digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan perpustakaan sekolah, termasuk di dalamnya lembaga pemerintah dan swasta, kementerian, perusahaan, LSM dan pemerhati pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pesatnya arus informasi yang menggiring kita ke dunia global, Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) Kabupaten Gorontalo mendapat tantangan yang cukup berat untuk bisa berbicara di tingkat global. Oleh karena itu hendaknya senantiasa berusaha memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Tantangan yang menghadang hendaknya dapat diubah dan dijadikan peluang emas untuk meningkatkan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tanggung jawab bagi pengembang perpustakaan yang amanah. 

 2. Dasar Pelaksanaan :
(1)Undang- undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan 
(2).Standar Nasional Indonesia Untuk Perpustakaan Sekolah 
(3).Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana/Prasarana Pendidikan untuk SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA 
(4).Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola Perpustakaan Sekolah

 3.Tujuan 
Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia adalah wadah organisasi bagi para tenaga perpustakaan sekolah yang dibentuk untuk meningkatkan fungsi dan peran pustakawan sekolah dalam pengelolaan perpustakaan di sekolahnya mempunyai tujuan sebagai berikut :
a) Meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan sekolah
b) Meningkatkan diversifikasi layanan perpustakaan untuk mewujudkan perpustakaan sebagai tempat menarik bagi pemustaka
c) Mengevaluasi penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sekolah sehingga pada giliranya akan meningkatnya pembinaan dan pengembangan budaya baca. 

4. Program Pokok ATPUSI
1. Meningkatkan profesionalisme tenaga perpustakaan sekolah melalui program pendidikan dan pelatihan 
2. Mendorong terwujudnya jenjang karier tenaga perpustakaan sekolah sesuai/sepadan dengan kompetensi dan profesionalisme yang mereka miliki 
3. Membangun kerja sama guru dan pustakawan dalam proses pembelajaran yang berkualitas di sekolah 4. Memfasilitasi terwujudnya perpustakaan yang representatif di sekolah dengan meningkatkan koleksi, fasilitas dan mutu layanan 
5. Membentuk masyarakat sekolah yang berbasis pengetahuan (knowledge based school community) dan pribadi pembelajar sepanjang hayat (longlife leaner) 

5. Jenis Kegiatan yang telah dilaksanakan 

 ATPUSI NO JENIS KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN PESERTA HASIL

Sosialisasi SNI dan ATPUSI - Pengolahan Bahan Pustaka - Otomasi Perpustakaan - Pengembangan Budaya Baca di Lingkungan Sekolah - Bedah Perpustakaan - Klasifikasi bahan pustaka - Katalogisasi dan  latihan Browsing Internet

WAKTU PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN
1.) Tanggal 4 – 5 Maret 2011 SDN Bongomeme diikuti oleh Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK 2 di kec Bonomeme
2)  Tanggal 11 – 12 Maret 2011 SDN 1 Luhu Kec. Telaga Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
3) Tanggal 25 – 26 Maret 2011 SDN 1 Sukamakmur Kec. Tolangohula Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
4) Tanggal 1 – 2 April 2011 SDN 2 Tabongo Kec. Tabongo Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
5)Tanggal 5 – 6 April 2011 SDN 2 Yosonegoro Kec. Limboto Barat Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
6) Tanggal 8 – 9 April 2011 SDN 1 Ilotidea Kec. Tilango Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
7) Tanggal 19 – 20 April 2011 SDN 1 Sidomulto Kec. Boliyohuto Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
8) Tanggal 18 – 19 Mei 2011 SDN 1 Tolotio Kec. Tibawa Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK
9) Tanggal 24 – 25 Mei 2011 SDN Mootilango Guru dan Tenaga Perpustakaan sekolah SD, SMP, SMA/SMK

6. Kesimpulan 

Dalam laporan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 
a. Kegiatan ini merupakan realisasi dari amanat undang-undang sebagaimana tertuang dalam dasar pelaksanaan kegiatan ini. 
b. Kegiatan ini dapat memperkecil perbedaan mutu antara sekolah yang kota dan didesa. 
c. Meningkatkan wawasan Guru, Siswa tentang IT dan Perpustakaan Digital. 
d. Adanya animo pengelola perpustakaan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran e-learning dan perpustakaan sekolah menjadi perpustakaan digital. 


Sabtu, 07 Mei 2011

Pengelola Perpustakaan Perlu Manfaatkan Facebook

MALANG, KOMPAS.com — Perpustakaan di Indonesia masih minim memanfaatkan internet. Hal ini patut disayangkan, mengingat sebagian masyarakat Indonesia sudah sangat familier dengan penggunaan internet, terutama untuk jejaring sosial seperti Facebook ataupun Twitter.

Hal tersebut disampaikan oleh pustakawan profesional asal Amerika, Rebecca McDuff, dalam sebuah kuliah tamu yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (9/12/2009). Di hadapan 52 pengelola perpustakaan dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi, Rebecca mengingatkan bahwa komunikasi antara pustakawan dan pengguna perpustakaan seharusnya lebih intens karena tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu.

Untuk itu, lanjutnya, pustakawan bisa memanfaatkan jejaring sosial atau webblog untuk melayani pencari buku atau sekadar berdiskusi. “Mereka bisa memanfaatkan Facebook atau Twitter sebagai media paling populer dan mudah digunakan selain SMS dan media chat lainnya,” ujar Rebecca.

Selain itu, staf Regional Information Resources Office Kedubes AS untuk Jakarta ini juga menyayangkan kondisi perpustakaan sekolah yang masih sering sepi. Salah satu penyebabnya, menurut Rebecca, adalah masih rendahnya budaya baca, ditambah lagi dengan proses pencarian literatur yang masih rumit.

Mengenai persoalan tersebut, Rebecca menyarankan penggunaan sistem Library 2.0 (library two-ow), yaitu sebuah peranti lunak yang merupakan konsep interactive digital library kampus.

“Keunggulan software ini, antara lain, mempermudah proses peminjaman buku oleh user. Perpustakaan akan lebih interaktif, sehingga akan memancing partisipan lebih banyak,” terang Rebecca. (AB)